Dalam ritme kehidupan yang sangat majemuk ini, manusia dihadapkan pada
kenyataan-kenyataan hidup yang beragam. Dari sekian keberagaman pilihan itu,
semua pasti berharap mendapatkan kehidupan yang bahagia, bermakna, serta
berguna. Namun pada kenyataannya, ada kalanya manusia mengabaikan harapannya itu
karena ketidaktahuan bagaimana merealisasikannya.
Abu Ridho dalam buku
Recik-Recik Spritualitas Islam mengatakan, harapan merupakan pancaran suasana
batin atau situasi kemanusiaan yang sedang menanti-nanti atau mengharapkan
sesuatu yang disenanginya bakal menjadi kenyataan. Sedangkan dalam perspektif
Imam Al-Ghazali, sebuah harapan tepat disebut harapan bila istilah itu digunakan
untuk penantian sesuatu yang disenangi, dan telah disiapkan semua sebab dan
sarana yang masuk dalam kategori usaha seorang hamba; usaha yang dilakukan
secara maksimal dan habis-habisan sehingga yang tersisa, dan ini yang
menentukan, adalah sesuatu yang tidak masuk dalam kategori usahanya, yaitu
karunia dan ketentuan Allah.
Menurut kedua tokoh spiritual tersebut,
harapan adalah keinginan terhadap sesautu yang dapat membuat kehidupan ini
bahagia, sesuai dengan apa yang kita inginkan. Harapan merupakan pembangkit
semangat, pelumas mencapai tujuan. Memiliki harapan berarti kita memiliki
keinginan terhadap sesuatu yang dapat memberikan kekuatan bagi kita untuk
mewujudkan sebuah kebahagian hidup yang bermakna. Betapa meruginya manusia jika
tidak memiliki harapan terhadap masa depannya, atau memiliki harapan tetapi
tidak berusaha mewujudkannya, atau bahkan tidak memiliki harapan hidup sama
sekali.
Siapa yang tidak berharap mendapatkan pasangan serta keturunan
yang baik, siapa yang tidak berharap memenuhi hidupnya dengan prestasi, siapa
yang tidak berharap kesuksesan dalam bisnis, karier, studi dan masa depan, siapa
yang tidak berharap adanya kedamaian, siapa pula yang tidak berharap dapat
menjalankan hidup ini dengan tenang melalui ibadah, serta dekat dengan Tuhan?
Siapapun pasti menginginkan itu semua, karena semua itu adalah salah satu sumber
kebahagiaan.
Setiap manusia dapat mewujudkan harapan-harapan tersebut
jika memiliki semangat, optimisme nan pantang menyerah, serta bekerja keras
untuk mewujudkannya. Namun pada tahap realisasi, sering harapan tersebut tidak
sesuai dengan keinginan manusia, atau sebaliknya, keinginan manusia terkadang
melebihi harapannya. Atau bahkan harapan itu tidak direalisasikan sama-sekali,
dan yang ada justru angan-angan belaka. Keadaan ini membuktikan kepada kita
bahwa ada kekuatan lain yang seharusnya kepada-Nya kita gantungkan harapan.
Itulah yang disebut oleh Imam Al-Ghazali sebagai karunia dan ketentuan Allah.
Agar kita tidak kehilangan harapan, agar harapan sesuai dengan
keinginan, agar harapan dapat memberikan kebahagiaan, maka tidak ada cara lain,
yaitu mengantungkan harapan hanya kepada Allah. Ketidaksesuain harapan dengan
kenyataan yang inginkan, jika kita tidak bertawakal kepada Allah maka dapat
membuat kita putus asa. Berharap pada manusia dapat membuat kecewa, tapi jika
kita berharap kepada Allah, Allah pasti akan memenuhi harapan kita.
Mulailah dari sekarang mencatat apa-apa yang Anda inginkan, kemudian
tanamkan harapan agar Anda memiliki kehidupan yang baik di masa depan.
Realisasikan semaksimal mungkin dengan kerja keras, jangan mengandalkan orang
lain, setelah itu bertawakallah kepada Allah dan gantungkanlah semua harapan
tersebut hanya kepada-Nya, kelak apapun yang terjadi Anda tidak akan
kecewa.
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar