Guru. Digugu dan ditiru, falsafah ini demikian akrab dalam diri kita. Dan memang
semestinya begitu, mengingat seorang murid akan demikian mudah mengidentifikasi
segala perilaku dan kebiasaan seorang guru. Guru (guru dirumah/orang tua, guru
di sekolah formal maupun non formal) mengemban tugas mulia, yaitu mendidik dan
membina para murid untuk menjadi anak-anak yang pandai, bermoral tinggi dan
berakhlaq mulia. Sehingga seorang guru bukan hanya bertugas mentransfer ilmu
untuk menjadikan murid-muridnya hapal dan mengerti materi pelajaran yang
diberikan, namun seorang guru juga harus mampu melakukan transfer nilai untuk
menjadikan murid-muridnya insan-insan mulia.
Karenanya, seorang gurupun
harus memiliki bekal aqidah yang kuat disamping bekal ilmu yang memadai.
Sehingga dia mampu mengintegrasikan segala ilmu yang diajarkan kepada para
muridnya dengan kekuasaan dan keesaan Allah. Seorang guru biologi dapat
menyadarkan akan ke-Agungan Allah Sang Pencipta, ketika menjelaskan berbagai
sistem yang terdapat dalam tubuh manusia. Seorang guru kimia dapat mengantarkan
muridnya mengenal kekuasaan Allah ketika menjelaskan berbagai unsur dan hasil
reaksinya, seorang guru sejarah dapat menunjukkan kepada para muridnya ibroh
(pelajaran berharga) dari peristiwa di masa yang lalu, seorang guru bahasa dapat
mengajarkan sopan santun dan tatakrama melalui tatacara berbahasa, dan
sebagainya. Hingga murid-murid yang dihasilkan adalah murid-murid yang bukan
hanya pandai, namun juga murid yang benar-benar mengenal Robbnya dan berakhlaq
mulia.
Guru sejati adalah guru yang senantiasa menimba ilmu, hingga
ilmunya senantiasa berkembang dan tidak ketinggalan jaman. Berwawasan luas
sesuai dengan tuntutan jaman, dan bijaksana. Guru sejati ibarat orang tua.
Karenanya, guru sejati adalah guru yang memperlakukan murid-muridnya bagaikan
anak-anaknya sendiri. Selalu menyayangi, melindungi dan menjaga perasaan
murid-muridnya. Membangkitkan semangat kepada anak-anak yang kurang pandai, dan
membuka kesempatan yang luas bagi anak-anak yang memiliki potensi. Sehingga guru
akan bersungguh-sungguh berusaha untuk menjadikan murid-muridnya berhasil dalam
belajar dan sukses dalam mengarungi kehidupan.
Rosulullah Muhammad Saw,
guru yang paling mulia bersabda: "Aku ini kepadamu semua (yakni para sahabat)
tiada lain hanyalah sebagaimana seorang ayah terhadap anaknya” (HR. Abu Dawud,
Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Rasulullah bukan hanya berusaha
untuk menjadikan para sahabat dan murid-muridnya menjadi faham akan ajaran Islam
yang disampaikannya, namun juga sangat ingin menyelamatkan umat dari siksa api
neraka.
Guru sejati adalah seperti seorang pemimpin. Memimpin siswa
dengan adil dan bijaksana, mengarahkan kepada kebenaran dan melindunginya dari
kemaksiatan. Tidak memberi nilai lebih tinggi kepada anak yang lebih disenangi,
dan menilai rendah kepada anak yang kurang disenangi, namun memberi penilaian
sesuai dengan kadar prestasi yang dimiliki.
Guru sejati memiliki tujuan
Robbani. Berusaha mengantarkan murid-muridnya kepada tujuan agung, melakukan
segala perbuatan berdasarkan atas keinginan untuk mencapai ridho Allah, bukan
hanya untuk mengejar nilai nominal yang diberikan guru. Sehingga seorang murid
akan menjadi sadar, bahwa mencari ilmu bukanlah sekedar untuk memperoleh nilai
tinggi, tetapi mencari ilmu adalah salah satu tugas mulia. Yaitu menunaikan
kewajiban agama. “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun
perempuan”.
Hingga seorang guru harus melakukan tugasnya dengan ikhlas
dan penuh kesabaran, karena dalam menjalankan tugas akan selalu diwarnai oleh
berbagai ujian dan cobaan.
Robb, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu
benar, dan berikanlah kepada kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunjukkan
pula kepada kami yang bathil itu bathil, dan berikanlah kepada kami kekuatan
untuk menjauhinya. Aamiin. Wallahu 'a’laam bishshowwab.
Ummu Shofi.
ari_aji_astuti@yahoo.com
(Dik Nina, dik Titik, dik Heni, dan semuanya, tolong
do’akan saya ya. Jazakumullah)
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar