Episode satu :
Suatu ketika Rasulullah saw memasuki masjid.
Tiba-tiba dilihatnya seorang lelaki Anshor bernama Abu Umamah yang duduk
termenung.
Rasulullah bertanya, "Hai Abu Umaamah, kenapa engkau duduk di
masjid bukan pada waktu shalat?" "Susah karena memikirkan hutang ya Rasulullah?"
ujar Abu Umaamah terus terang.
Rasul mengatakan, "Maukah engkau aku
ajarkan satu bacaan yang bila engkau baca maka Allah akan menghapuskan
kesusahanmu dan melunasi hutang-hutangmu?" Abu Umaamah berseri-seri dan segera
menyambut tawaran Rasulullah tersebut.
Rasulullah saw berkata,
"Ucapkanlah olehmu pada pagi dan petang: "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari
rasa susah dan sedih. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas. Aku
berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu
dari lilitan hutang dan tekanan orang." (HR. Abu Daud)
Episode kedua
:
Abu Yazid Al Busthami, salah satu tokoh sufi, pada suatu hari
pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu
berkerut.
Dengan murung lelaki itu mengadu, "Tuan, sepanjang hidup saya,
rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap,
saya masih bermunajat. Istri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga
bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan
kehidupan saya penuh kesulitan?"
Abu Yazid menjawab sederhana, "Perbaiki
penampilanmu dan rubahlah roman mukamu. Kau tahu, Rasulullah adalah penduduk
dunia yang miskin namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sebab
menurut Rasulullah, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang
membuat orang curiga kepadanya."
Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji
akan memperbaiki penampilannya. Setelah itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap
kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah sesudah itu
lelaki tersebut tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah.
Apa yang
kita simpulkan dari dua episode di atas? Sesungguhnya suasana jiwa, sangat
berpengaruh pada bagaimana seseorang menyikapi dan menjalani hidup. Apa yang
disampaikan Rasulullah saw kepada Abu Umaamah dalam episode pertama, selain do'a
itu insya Allah akan diijabah oleh Allah swt, makna dan kandungan do'a itu akan
menciptakan semangat jiwa yang baru dalam diri Abu Umaamah. Dan ternyata, dalam
riwayat hadits tersebut, ketika Abu Umaamah membiasakan berdo'a sebagaimana yang
diajarkan Rasulullah, ia menjadi pemuda yang giat bekerja sampai ia berhasil
melunasi hutang-hutangnya.
Pelajaran itu tak berbeda dengan apa yang
terjadi dalam dialog antara Abu Yazid dengan seorang pemuda yang murung itu. Abu
Yazid menyampaikan bahwa hendaknya ia memandang dunia ini dengan hati yang
gembira, senang dan wajah yang ceria. Dengan memperbaiki penampilan wajah, maka
hati pun akan ceria. Dengan kata lain, Abu Yazid ingin merubah cara pandang
pemuda itu terhadap hidup. Ia ingin mengajarkan bahwa hidup tak boleh disikapi
dengan keresahan. Sekedar memandang hidup dengan keceriaan wajah yang akan
membawa keceriaan hati. Keadaan itulah yang akan banyak membantu seseorang untuk
giat bekerja dengan hati yang senang. Sederhana bukan? (na)
sumber :
eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar