Jumat, 05 Februari 2016

Cinta Bagi Guru

Jakarta cerah ceria pagi ini. Langitnya yang biru bersih dapat saya nikmati dari jendela kantor saya di lantai 8. Saya bersenandung riang sambil menyalakan PC, bersiap-siap mengerjakan tugas-tugas rutin. Dan seperti biasa, saya mengawali ritual kantor saya dengan membuka mailbox. Saat saya membuka imel, airmata saya tiba-tiba saja membanjir tanpa dapat dicegah. Ada sesuatu yang tiba-tiba membuncah, menyesakkan dada. Antara gembira, bahagia, syukur, haru dan kangen bercampur menjadi satu. Menyodok-nyodok saraf rasa dan memeras kelenjar air mata. Hanya karena satu hal: sebuah nama yang selama ini teramat indah terukir dalam memori masa lalu, muncul di mailbox saya. Bahkan, saya belum lagi sempat membukanya.

Duhai, perasaan apakah ini? Kerinduan? Kekaguman? Keharuan? Atau... cinta? Ya. Cinta yang sesungguhnya kurasa. Cinta yang tulus keluar dari jiwa dan nurani. Cinta seorang 'anak' kepada 'bapak'-nya. Cinta seorang muslim kepada saudaranya.

Dan kenangan pun bergulir ke masa hampir 10 tahun silam, saat saya menjalani hari-hari dalam tempaan sosok yang tiba-tiba namanya muncul di inbox saya hari ini. Sesosok pria bertubuh kecil-kurus namun berwawasan 'gemuk': Guru saya di masa lalu. Terbayang kembali pertemuan-pertemuan kami (saya bersama teman-teman dan beliau) yang penuh arti, penuh semangat, penuh cinta dan penuh pelajaran. Melalui beliau dulu saya mendapat wawasan dasar-dasar ke-Islaman. Padanya saya mengais ilmu tentang keorganisasian dan dakwah. Dari beliau dan istri saya memperoleh perhatian yang tulus sebagai saudara.

Pertemuan-pertemuan saya dan kawan-kawan dengan beliau selama 3-4 jam tiap pekannya kami jalani dengan gembira dan penuh semangat: karena keyakinan bahwa dalam 3-4jam teramat banyak yang akan kami peroleh. Bahwa kami akan mendapatkan pelajaran dan ilmu yang sangat berharga: wawasan keorganisasian, oase iman, dan juga solusi atas permasalahan dakwah mau pun permasalahan pribadi. Saya benar-benar merasa memiliki keluarga ideal bersama beliau, istri beliau dan teman-teman kami. Dua tahun efektif kami bersama, dengan kebersamaan yang sesungguhnya. Sesuatu yang tak pernah saya peroleh lagi setelahnya. Dan kini, setelah hampir tujuh tahun kami berpisah, 'menemukan kembali' beliau adalah anugerah luar biasa.

Peristiwa ini membawa saya kepada pengertian yang mendalam tentang cinta para shahabat dan shahabiyah kepada Rasulullah: guru, ayah, saudara dan sahabat mereka. Lebih dari inikah yang mereka rasakan hingga mereka sanggup menjadi tameng asal Rasulullah selamat? Lebih dari inikah rasanya hingga Bilal rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mengunjungi makam sang kekasih?

Pengalaman ini membuat saya memahami, mengapa Hasan Al-Banna juga teramat dirindui oleh teman-teman dan murid-muridnya. Kejadian ini pun mengingatkan saya kepada kisah seorang tokoh yang selalu mengirim surat secara rutin bagi guru masa kecilnya, bercerita tentang seluruh perjalanan dan perjuangan hidupnya meraih keberhasilannya yang sekarang. Duhai, betapa murninya cinta itu, hingga waktu tak pernah mampu mengubahnya. Wahai, betapa tulusnya cinta itu, sampai kita tak pernah kehilangan kenangan tentangnya, meski mereka telah pergi dari kehidupan kita.

Saya bersyukur, bahwa saya pernah memiliki orang-orang yang sangat mempengaruhi sikap hidup, pilihan hidup dan cara pandang dalam hidup saya. Mereka yang menanamkan prinsip dalam hidup saya hingga menjadi acuan hidup sehari-hari Mereka yang pernah sangat berarti dan selamanya akan berarti. Bahkan ketika waktu telah membawa saya kepada realitas hidup yang berbeda, tak lagi seperti idealita masa lalu itu: hal-hal yang beliau sampaikan tetap membekas di jiwa. Tak luntur oleh hempasan gelombang kehidupan. Karena cinta yang menjadi ruhnya.

Dan kini saya bercita-cita, pada sisa hidup ini, saya ingin meneladani beliau dan orang-orang yang mempengaruhi pribadi saya, untuk menjadi teladan dan kecintaan bagi anak-anak saya, saudara dan kerabat, serta semua orang yang pernah dan akan mampir dalam kehidupan saya. Bagaimana dengan anda? (@az, mengenang bapak, mbak ws, mbak nz, genk of 5, dari penggal hidup di masa lalu)

Azimah Rahayu


sumber : eramuslim 

0 komentar:

Posting Komentar