Jakarta cerah ceria pagi ini. Langitnya yang biru bersih dapat saya nikmati dari
jendela kantor saya di lantai 8. Saya bersenandung riang sambil menyalakan PC,
bersiap-siap mengerjakan tugas-tugas rutin. Dan seperti biasa, saya mengawali
ritual kantor saya dengan membuka mailbox. Saat saya membuka imel, airmata saya
tiba-tiba saja membanjir tanpa dapat dicegah. Ada sesuatu yang tiba-tiba
membuncah, menyesakkan dada. Antara gembira, bahagia, syukur, haru dan kangen
bercampur menjadi satu. Menyodok-nyodok saraf rasa dan memeras kelenjar air
mata. Hanya karena satu hal: sebuah nama yang selama ini teramat indah terukir
dalam memori masa lalu, muncul di mailbox saya. Bahkan, saya belum lagi sempat
membukanya.
Duhai, perasaan apakah ini? Kerinduan? Kekaguman? Keharuan?
Atau... cinta? Ya. Cinta yang sesungguhnya kurasa. Cinta yang tulus keluar dari
jiwa dan nurani. Cinta seorang 'anak' kepada 'bapak'-nya. Cinta seorang muslim
kepada saudaranya.
Dan kenangan pun bergulir ke masa hampir 10 tahun
silam, saat saya menjalani hari-hari dalam tempaan sosok yang tiba-tiba namanya
muncul di inbox saya hari ini. Sesosok pria bertubuh kecil-kurus namun
berwawasan 'gemuk': Guru saya di masa lalu. Terbayang kembali
pertemuan-pertemuan kami (saya bersama teman-teman dan beliau) yang penuh arti,
penuh semangat, penuh cinta dan penuh pelajaran. Melalui beliau dulu saya
mendapat wawasan dasar-dasar ke-Islaman. Padanya saya mengais ilmu tentang
keorganisasian dan dakwah. Dari beliau dan istri saya memperoleh perhatian yang
tulus sebagai saudara.
Pertemuan-pertemuan saya dan kawan-kawan dengan
beliau selama 3-4 jam tiap pekannya kami jalani dengan gembira dan penuh
semangat: karena keyakinan bahwa dalam 3-4jam teramat banyak yang akan kami
peroleh. Bahwa kami akan mendapatkan pelajaran dan ilmu yang sangat berharga:
wawasan keorganisasian, oase iman, dan juga solusi atas permasalahan dakwah mau
pun permasalahan pribadi. Saya benar-benar merasa memiliki keluarga ideal
bersama beliau, istri beliau dan teman-teman kami. Dua tahun efektif kami
bersama, dengan kebersamaan yang sesungguhnya. Sesuatu yang tak pernah saya
peroleh lagi setelahnya. Dan kini, setelah hampir tujuh tahun kami berpisah,
'menemukan kembali' beliau adalah anugerah luar biasa.
Peristiwa ini
membawa saya kepada pengertian yang mendalam tentang cinta para shahabat dan
shahabiyah kepada Rasulullah: guru, ayah, saudara dan sahabat mereka. Lebih dari
inikah yang mereka rasakan hingga mereka sanggup menjadi tameng asal Rasulullah
selamat? Lebih dari inikah rasanya hingga Bilal rela menempuh perjalanan jauh
hanya untuk mengunjungi makam sang kekasih?
Pengalaman ini membuat saya
memahami, mengapa Hasan Al-Banna juga teramat dirindui oleh teman-teman dan
murid-muridnya. Kejadian ini pun mengingatkan saya kepada kisah seorang tokoh
yang selalu mengirim surat secara rutin bagi guru masa kecilnya, bercerita
tentang seluruh perjalanan dan perjuangan hidupnya meraih keberhasilannya yang
sekarang. Duhai, betapa murninya cinta itu, hingga waktu tak pernah mampu
mengubahnya. Wahai, betapa tulusnya cinta itu, sampai kita tak pernah kehilangan
kenangan tentangnya, meski mereka telah pergi dari kehidupan kita.
Saya
bersyukur, bahwa saya pernah memiliki orang-orang yang sangat mempengaruhi sikap
hidup, pilihan hidup dan cara pandang dalam hidup saya. Mereka yang menanamkan
prinsip dalam hidup saya hingga menjadi acuan hidup sehari-hari Mereka yang
pernah sangat berarti dan selamanya akan berarti. Bahkan ketika waktu telah
membawa saya kepada realitas hidup yang berbeda, tak lagi seperti idealita masa
lalu itu: hal-hal yang beliau sampaikan tetap membekas di jiwa. Tak luntur oleh
hempasan gelombang kehidupan. Karena cinta yang menjadi ruhnya.
Dan kini
saya bercita-cita, pada sisa hidup ini, saya ingin meneladani beliau dan
orang-orang yang mempengaruhi pribadi saya, untuk menjadi teladan dan kecintaan
bagi anak-anak saya, saudara dan kerabat, serta semua orang yang pernah dan akan
mampir dalam kehidupan saya. Bagaimana dengan anda? (@az, mengenang bapak, mbak
ws, mbak nz, genk of 5, dari penggal hidup di masa lalu)
Azimah Rahayu
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar