Ada seorang alim dan orang-orang memanggilnya "kyai", berpakaian seperti orang
Arab bersurban berbaju ghamis, rajin ke masjid dan berlama-lama di masjid karena
berdzikir/wirid dengan membaca kalimat/ayat beratus bahkan beribu kali. Setiap
Ramadhan tak pernah batal puasanya dan sudah berhaji bahkan lebih dari 3 kali.
Tetapi dia sering lupa kalau ucapan dan perilakunya kadang-kadang menyakiti
orang lain dengan cemoohannya, seolah-olah dia yang paling baik. Apakah itu yang
dinamakan taqwa?
Ada seorang miskin dan bersahaja, rumahnya di pinggiran
dan jauh ke masjid/surau, sehingga ke masjid sepekan sekali setiap Jum'at saja
begitu pula shalatnya biasa saja, puasa Ramadhan sering berhalangan karena
kondisi yang tidak memungkinkan, tidak pernah berzakat, berhaji hanyalah impian.
Namun tidak pernah menyakiti atau berprasangka buruk pada orang lain dan tidak
berdusta bila bicara dan sangat santun, apakah itu yang dinamakan taqwa ?
Hamka mengatakan dalam taqwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas,
tawakal, ridha, sabar dsb. Rasulullah pernah bertanya kepada Abu Hurairah :"
Pernahkah engkau bertemu jalan yang berduri ? Bagaimana tindakanmu pada waktu
itu ?" Sahabat tersebut menjawab :"Apabila aku melihat duri, aku menghindar ke
tempat yang tidak berduri atau aku langkahi, atau aku mundur". Rasulullahpun
bersabda :"Itulah taqwa".
Untuk lebih jelas pengertian taqwa terutama
aplikasinya dalam kehidupan, sebuah hadits dalam shahih Muslim meriwayatkan
sebagai berikut, Sahabat Jabir r.a telah berkata : "Pada suatu hari kami berada
di sisi Rasulullah. Tiba-tiba datang sekelompok orang yang tidak berpakaian
layak dan kelihatan kotor, serta menenteng senjata. Kebanyakan mereka dari Bani
Mudhar, bahkan dapat dikatakan hampir seluruhnya dari Bani Mudhar. Wajah
Rasulullah kelihatan sangat prihatin menyaksikan penderitaan dan kefakiran yang
menimpa orang-orang tersebut. Lalu Rasulullah saw keluar dan memerintahkan
kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan.
Sesaat kemudian shalatpun
didirikan. Setelah selesai, Rasulullah menyampaikan khutbah: "Wahai umat
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya. Dan daripada keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. "Dan bertaqwalah
kepada Allah yang dengan mempergunakan namaNya kamu saling meminta satu sama
lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu." (QS An Nisaa' : 1).
"Wahai orang-orang yang
beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari depan." (QS Al Hasyr : 17)
Mendengar
khutbah Rasulullah, banyak diantara para sahabat yang kemudian memberikan
sedekah. Ada yang memberikan uang dirham dan dinarnya, ada yang bersedekah baju,
gandum, kurma, bahkan ada yang memberikan separuh buah kurma dan ada seorang
Anshar yang membawa sekarung bahan makanan sampai dia tak kuat mengangkatnya.
Dan akhirnya banyak orang yang berdatangan memberikan sedekah untuk membantu
penderitaan kawannya dari Bani Mudhar, sehingga Rasulullah merasa kewalahan.
Lalu Rasulullah bersabda :"Barangsiapa membuat sunnah hasanah (perilaku yang
baik) di dalam Islam, maka dia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang
yang mengikuti jejaknya tanpa harus mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan
barangsiapa membuat sunnah sayiah (perilaku buruk) di dalam Islam, maka dia akan
menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya tanpa harus
mengurangi dosa mereka sedikitpun."
Rasulullah pernah ditanya: "Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang cerdas?" "Orang yang berfikir (menggunakan
akalnya)" Jawab Nabi. "Lalu siapakah yang baik ibadahnya?" tanya mereka. "Orang
yang berfikir (menggunakan akalnya)" Jawab Nabi. "Lalu siapakah yang paling
utama ?" tanya mereka selanjutnya. "Orang yang selalu berfikir (menggunakan
akalnya)" Jawab Nabi kembali.
Mereka berkata : "Wahai Rasulullah,
bukankah orang yang berfikir itu sempurna akhlaknya, baik tutur katanya, pemurah
tangannya dan tinggi kedudukannya?" Nabi saw menjawab :"Semua itu faktor
penyebab kepuasan di dunia, sedangkan di akhirat yang di sisi Tuhan itu hanya
bagi orang yang bertaqwa, orang berfikir (menggunakan akalnya) itulah orang yang
bertaqwa, sekalipun kelihatannya rendah hidupnya di dunia."
Semoga
dengan memahami makna kata taqwa dan penjelasan serta aplikasinya yang diuraikan
pada dua hadits diatas, insya Allah kita akan mampu dan berusaha untuk mencapai
derajat muttaqiin. (Badan Dakwah Islamiyah Devon Nana Djumhana)
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar