Ada masanya dalam hidup ini, kita menyadari keburukan-keburukan dan
kesalahan-kesalahan yang kita lakukan. Keburukan dan kesalahan yang bisa jadi
disebabkan karena ketidaktahuan, ketidaksengajaan atau mungkin juga secara sadar
kita lakukan itu dengan harapan timbul kesenangan walaupun orang lain menderita
akibat keburukan kita itu.
Adalah sebuah prestasi besar dalam hidup ini
bila kita menyadari keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita
lakukan, kemudian kita berniat memperbaikinya. Untuk memperbaikinya tidak ada
jalan lain kecuali kita berani melakukan suatu perubahan dengan tingkat
resistensi tertentu yang kita miliki. Karena perubahan tidak mesti memperbaiki
sesuatu, tetapi untuk menjadi lebih baik kita mesti berubah.
Setiap
manusia, hari ini, esok dan lusa tetap berada dalam sebuah proses perubahan
menuju tangga-tangga kebaikan. Jika input yang kita miliki bagus, kemudian
ditunjang dengan proses yang baik, maka kita boleh berharap akan memperoleh
output yang baik pula. Pada dasarnya input yang kita miliki baik, karena Allah
mengatakan setiap manusia dilahirkan secara fitrah. Kemudian orang tua dan
lingkungannyalah yang memiliki otoritas memproses dia menjadi baik atau buruk.
Keinginan menjadi lebih baik, menjadi orang yang bermanfaat,
menyenangkan, berprestasi, kokoh dengan iman adalah keinginan luhur dan murni
yang dimiliki orang besar. Sedangkan orang kecil tidak pernah memikirkan manfaat
untuk orang lain bahkan dirinya sendiri. Untuk mejadi lebih baik diperlukan
sebuah usaha dan kerja keras. Tidak sedikit rintangan yang akan kita temui.
Mereka yang memiliki visi yang jelas, semangat yang kuat, keinginan yang besar,
dan cita-cita yang tinggilah yang akan memenangkan perubahan itu.
Alam
adalah guru yang paling jujur mengajarkan banyak hal kepada kita. Seperti proses
metamorfosis ulat menjadi seekor kupu-kupu. Bila ulat berhasil melalui proses
itu dengan baik, maka ia akan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah.
Perjuangan melepaskan diri dari kepompong adalah proses yang sangat menyiksa
bagi kupu-kupu. Melihat keadaan kupu-kupu yang kesusahan memisahkan diri dari
kepompong menarik hati seseorang untuk membantu dengan memotong kepompong agar
sang kupu-kupu dapat keluar dengan mudah. Tetapi akibatnya bantuan itu justru
mematikan sang kupu-kupu karena membuat otot-otot sayap kupu-kupu tidak kuat
untuk menahan beban tubuhnya. Akibatnya, ketika kupu-kupu itu keluar, ia
kehilangan resistensi, kemudian diam dan akhirnya mati.
Apa makna yang
bisa kita petik dari kisah alam itu? Untuk menjadi cantik dan indah, untuk
menjadi lebih baik, kita memerlukan perubahan dalam hidup kita. Perubahan itu
menghadapkan kita pada suatu tantangan yang besar. Semakin besar hambatan dan
rintangan yang kita hadapi, maka akan semakin besar nilai yang akan kita raih.
Daya tahan terhadap perubahan itu mempengaruhi tingkat keberhasilan kita.
Hadapilah tantangan itu dengan senyum dan keyakinan yang tinggi,
optimalkan kemampuan yang kita miliki untuk memenangkannya. Jangan mengeluh bila
kita terjatuh, jangan menjerit bila kita sakit. Jangan minta bantuan orang lain
yang hanya akan memperparah keburukan-keburukan dan kesalahan-kesalahan kita,
tapi carilah orang yang benar-benar ikhlas membantu kita menuju tangga-tangga
kebaikan. Jangan merasa kita tidak mampu memperbaiki setiap keburukan dan
kesalahan yang pernah kita lakukaan, kita pasti mamapu. Jangan lihat ke
belakang, tapi tataplah ke depan, karena masa lalu tidak menjanjikan perubahan,
tetapi masa depan menyediakan kita banyak pilihan keberhasilan.
Terakhir, bingkailah usaha kita dengan figura doa dan kepasrahan yang
tinggi pada Allah, karena sebagai manusia yang diselimuti kekurangan, kita hanya
bisa berusaha. Allah jualah yang menentukan segala nasib kita.
(Yesi
Elsandra, spesial untuk saudara yang berencana duet membuat buku, mudah-mudahan
Allah merealisasikannya)
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar