Kita adalah kumpulan waktu yang makin menipis dari hari ke hari. Perjalanan
waktu yang kita tempuh pun makin menyusut. Karenanya jatah waktu kita makin
sedikit. Inilah yang dinamakan kesempatan hidup dan berbuat. Kelak kita diberi
kesempatan untuk menuai hasilnya.
Hidup di dunia–bagi manusia–bagaikan
perjalanan. Bagi kita yang sudah menempuh jarak + 20-30 an tahun, tentu banyak
menemukan berbagai pengalaman berharga. Namun yang pasti, setiap perjalanan
memerlukan sarana. Perjalanan seseorang juga tak mungkin dilakukan tanpa
istirahat dan bekal. Kita yang berjalan kaki, dalam menempuh sebuah tujuan pun
memerlukan minum dan makan. Mobil yang kita tumpangi juga perlu diisi bahan
bakar. Proses ini kita namakan: pembekalan.
Salah satu karunia Allah yang
berharga adalah Ramadhan, bulan pembekalan. Bahwa setiap tahun kita diberi
kesempatan untuk sejenak bersama diri kita, merenung, berpikir dan melakukan
dialog batin. Proses ini juga dinamakan: pembekalan.
Apa yang terjadi
dalam menempuh jarak perjalanan yang kita sendiri kurang tahu panjang pendeknya?
Kita hanya tahu tujuan akhirnya saja. Bahkan kita pun tak mengetahui, kapan kita
sampai di tempat tujuan tersebut. Peristiwa-peristiwa sepanjang perjalanan
tersebut menjadi ghaib kecuali yang telah kita lewati. Semua
terhijab.
Perjalanan berat ini perlu kesiapan mental yang kuat. Karena
bisa jadi kita tersesat di tengah jalan atau melakukan kesalahan yang kadang
mengakibatkan kendaraan jadi rusak. Kemana kita mencari perbaikan? Kemana kita
mencari bengkel?
Hanya satu: Allah. Karena hanya Dia yang mencipta dan
mengetahui secara detail tentang kita. Lalu, bagaimana kita berinteraksi dengan
Allah secara efektif. Bukankah Allah membuka pintu rahmah dan maghfirah-Nya
setiap saat?
Bulan Ramadhan merupakan peluang emas. Allah mengistimewakan
bulan ini. Rahmah-Nya diluaskan, pengampunan-Nya dibentangkan. Barang siapa yang
mengejarnya, serius memohon dengan segenap azam. Allah menjanjikan akan
memenuhinya. Bukankah Allah yang menyuruh kita untuk berdoa? Bukankah Dia juga
yang berjanji mengabulkannya? Bukankah Dia pula yang memberitahu kedekatan itu?
Dekat tanpa jarak dan perantara. (QS. 2:186)
Bulan yang pintu perbaikan
senantiasa dibuka. Dengan segala kelapangan Allah menerima siapa saja. Bagi
pemburu kebaikan Allah mempersilakan. Bagi pelaku dosa Dia bersedia mengulurkan
maghfirah-Nya. Lantas, syeitan manakah yang membisikkan keputusasaan itu.
Bukankah syeitan pun terbelenggu di bulan ini. Itu hanya bisikan nafsu yang
terbiasa dengan buaian hawa dan kelezatan fana. Atau keraguan yang sempat
bersemi di hati yang sedang sakit. Bukankah hati seperti ini perlu siraman. Ke
mana lagi hendak dicari, jika bukan sekarang; Ramadhan. Hanya satu yang tak
diberi kesempatan, mereka yang berputus asa dari rahmat-Nya. Sungguh bodoh orang
yang tak mau memanfaatkan ini… Bila Allah telah menyediakan bekal perjalanan
sementara kita tak mau mengambilnya. Atau tak mampu karena keterlambatan dan
keteledoran yang kita lakukan.
Jangan sampai kita termasuk orang yang
disabdakan Nabi Saw. “Merugilah orang yang menjumpai Ramadhan, sedang dosanya
belum diampuni”.
Jika kita beristighfar setiap hari seratus kali, selama
bulan Ramadhan, akan terkumpul istighfar sebanyak 3000 kali pada bulan ini.
Namun bila Allah memberi kesempatan berjumpa dengan lailatul qadar. Koleksi
istighfar kita akan mencapai 3.000.000 selain 3000 yang telah kita hitung.
Dengan sejumlah istighfar tersebut akankah dapat menebus kesalahan dn kekhilafan
yang pernah kita lakukan? Enggan bersyukur. Maksiat mata yang mengkhianati
kebesaran-Nya. Dosa lidah yang tajam melukai kelembutan cinta-Nya pada
makhluk-Nya. Telinga yang mendengar pergunjingan kemungkaran. Kaki yang
melakukan kezhaliman. Tangan yang menghalangi kebaikan. Belum segudang gerutu
hati mengomentari keputusan dan takdir-Nya.
Allah tak perlu angka-angka
di atas. Itu hanya refleksi keluasan cinta-Nya dalam memotivasi hamba-Nya untuk
melawan keputusasaan. Bukankah kelipatan tersebut hanya Dia yang paham? Kita
hanya diberitahu perkiraannya saja.
Ya Rahman genggamlah jiwa ini. Karena
ia ada pada “jari-jari” kekuasaan-Mu. Tunjukkan kemana hati ini berlabuh, jika
tidak ke pangkuan kasih sayang-Mu. Pahamkan jiwa dan hati ini agar tak mendustai
kebeningannya. Jangan Kau pekatkan ia karena nafsu dan bisikan. Bisikan apapun,
ya Halim. Karena hamba telah berkali-kali jatuh. Jangan bosan Engkau menuntun.
Jangan enggan Engkau ulurkan lagi. Entah sampai kapan hamba menyesal, kemudian
menyesal dan menyesal lagi. Satu-satunya hal yang tak hamba sesali adalah
menjadi makhluk-Mu. Karena Engkau tiada pernah bosan mengasihi dan memberikan
cinta. Karena Engkau selalu … ya hamba yakin selalu bersama hamba. Meski hamba
telah berkali-kali melukai cinta-Mu dengan maksiat dan dosa.
“Barang
siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan sepenuh iman dan keikhlasan, maka
dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari Muslim dari Abu Hurairah
ra)
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar