Salah satu keindahan yang Allah ciptakan untuk dapat dinikmati manusia adalah
bertebarannya bunga-bunga cantik nan menyejukkan dengan aroma dan warna-warni
yang tak membosankan. Apabila musim semi tiba, perlahan kelopak-kelopak bunga
merekah seraya menyemai kecerahan hari. Kuning yang menghangatkan, kesejukkan
yang ditawarkan dari warna putih, merah yang menyala-nyala membangkitkan gairah
hidup, semua warna, semua aromanya mewarnai hidup menambah semerbak alam tempat
berpijak.
Tidak hanya bunga-bunga yang demikian yang memang
diperuntukkan untuk manusia (juga kumbang sang penikmat bunga tentunya), namun
ada banyak bunga yang juga hadir menyemangati hidup, mengiringi langkah ini dan
menjadikan hari-hari yang kita lewati begitu indah dan menyenangkan. Dari sekian
melati yang bertebaran di bumi ini, ada satu yang terindah yang telah kita petik
untuk ditanam di taman hati. Dipupuk dengan segenap cinta tanpa akhir, disirami
oleh kasih sayang yang takkan habis dan dipelihara dengan segala bentuk
pengorbanan yang tak kenal lelah, maka ia pun senantiasa menjadi bunga yang
menyenangkan hanya dengan memandangnya, membasuh peluh, menghapus lelah ketika
disentuh dan menyegarkan seluruh rongga dada ketika mengecupnya sehingga
tercipta kedamaian dan ketenangan. Ya, istri atau suami yang sekarang menjadi
pasangan jiwa kita adalah bunga kehidupan.
Dari melati yang telah
dipetik itu, mungkin kan datang Lily, Tulips, Mawar atau bunga-bunga lain yang
semakin meramaikan taman hati ini dengan aroma khas dan warna yang membuat hidup
terasa lebih indah. Keceriaan yang dihadirkan anak-anak selaku bunga-bunga kecil
mampu menghiasharumi hati. Mereka, bunga-bunga kecil yang dengan keindahannya
membuat kita selalu tersenyum, menjadi pelepas dahaga kedamaian dan pengobat
rindu akan kehangatan. Dengan curahan kasih sayang yang tiada henti, sentuhan
pendidikan yang tidak memenjarakan kebebasan berpikir dan memasung
kreativitasnya, semoga tetap menjadikan mereka bunga-bunga yang dapat
dibanggakan, bukan malah menjadi bunga-bunga liar yang berserakan di trotoar dan
pinggir jalan. Dengan menghiasi hati mereka akan keagungan nama penciptanya, dan
kemuliaan nama Rasulnya, akan menjadikan mereka bunga-bunga yang tak pernah
kusut, layu atau bahkan hancur oleh terjangan angin, panas, hujan ataupun
buasnya unggas.
Ketika beranjak keluar melewati pagar, kita akan
menemukan bunga-bunga lain yang tak kalah indahnya, mereka tersenyum dan menyapa
dengan hangatnya. Seperti kita yang juga menjadi bunga kehidupan bagi mereka,
bunga-bunga diluar pagar itupun hadir memberikan makna kebersamaan dan saling
mencintai, memberi juga mengasihi sebagai saudara karena Allah. Jagalah
kedekatan, binalah kebersamaan dengan bunga-bunga itu, karena mereka jugalah
yang mungkin akan membantu, menolong dan meringankan beban berat ataupun terpaan
badai kehidupan.
Sebanyak apapun bunga yang kita miliki, jangan juga
melupakan bunga-bunga yang telah melahirkan dan membesarkan kita menjadi bunga
saat ini. Mungkin bunga-bunga itu sudah mulai layu, atau tangkainya sudah
terkulai lemah. Jangan biarkan mereka semakin layu, sirami dengan air cinta
meski yang kita miliki tak sebanding dengan air cinta yang pernah mereka
curahkan. Jadilah kaki penyangga tangkainya agar kita tetap bisa melihatnya
berdiri, segar dan melangkah berdampingan hingga Sang pencipta segala bunga
menentukan kehendaknya.
Namun ada satu bunga, yang bersemayam paling
dalam di lubuk hati ini, yang tak boleh kita biarkan tak tersirami oleh air yang
tercipta dari rangkaian indah nama-nama Sang Pencipta segala bunga, dari
berdiri, duduk dan sujud yang kita tegakkan, dari senandung-senandung yang
menyuarakan ayat-ayat-Nya dan dari rasa berserahdiri akan segala kehendak dan
ketentuan-Nya. Ialah bunga kehidupan utama yang tanpanya takkan berarti, takkan
terasa indah, takkan menyejukkan aroma bunga lainnya, seindah dan seharum apapun
bunga-bunga yang lain itu. Hingga jika bunga utama itu kuat, ia pun akan
menguatkan diri ini sehingga teramat tegar menepis duri-duri kemaksiatan yang
menyakitkan, atau unggas-unggas kejahatan agar menjauh dari taman hati ini.
Dengan keindahan dan kedamaian yang kita tawarkan selaku bunga, kita dapat
memperbanyak bunga-bunga baru untuk hadir dan bersama-sama saling menjadi bunga
kehidupan di taman hati masing-masing. Wallahu ‘a’lam bishshowaab. (Abi Iqna,
teruntuk bunga-bunga di taman hatiku)
sumber : eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar